[blackwarrior_placement id="4468"]

Metode Waterfall Menurut Para Ahli

Metode Waterfall dalam Pengembangan Perangkat Lunak

Sobat Penurut, saat ini teknologi semakin berkembang pesat dan membuat kehidupan kita semakin mudah. Salah satu teknologi yang sangat membantu kita adalah perangkat lunak atau software. Perangkat lunak adalah program komputer yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Namun, untuk membuat perangkat lunak tersebut, diperlukan sebuah metode atau pendekatan dalam pengembangan perangkat lunak agar hasil yang didapatkan lebih efektif dan efisien. Salah satu metode yang digunakan adalah metode waterfall.

Metode waterfall adalah model pengembangan perangkat lunak yang mengikuti urutan tahapan yang jelas dan terstruktur dan tidak mengizinkan kembali ke tahap sebelumnya (Kemampuan). Metode ini memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk mengetahui berbagai aspek dalam pengembangan perangkat lunak seperti biaya, waktu, tingkat kesulitan, dan lain-lain sebelum memulai pengembangan perangkat lunak.

Dalam metode ini, pengembangan perangkat lunak dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu analisis, desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan. Setiap tahapan memerlukan dokumen dan hasil kerja yang jelas dan terpisah satu sama lain agar dapat diidentifikasi dan dinilai dengan tepat. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang metode waterfall menurut para ahli.

Kelebihan Metode Waterfall Menurut Para Ahli

1. Struktur yang Jelas 🔎

Metode waterfall memiliki struktur tahap yang jelas dan terstruktur, sehingga memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk mengetahui dengan jelas bagian mana yang sedang dikerjakan, apa yang harus dikerjakan, dan bagaimana cara untuk melakukannya.

2. Bermanfaat untuk Proyek yang Tidak Terlalu Kompleks 🦜

Metode waterfall cocok digunakan untuk proyek yang tidak terlalu kompleks dan memiliki jangka waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan karena pada metode waterfall, setiap tahapan hanya dilakukan satu kali dan tidak bisa kembali ke tahapan sebelumnya.

3. Lebih Mudah Dikelola 📋

Karena setiap tahapan memerlukan dokumen dan hasil kerja yang jelas dan terpisah satu sama lain, maka metode waterfall lebih mudah untuk dikelola dan dianalisis.

4. Fokus pada Dokumen 📚

Dalam metode waterfall, setiap tahap memerlukan dokumen dan hasil kerja yang jelas dan terpisah. Hal ini memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk lebih fokus pada dokumen dan memastikan bahwa dokumen yang dibuat sudah benar dan lengkap sebelum melanjutkan ke tahapan berikutnya.

5. Mudah Difahami oleh Pihak Eksternal 🤝

Metode waterfall sangat mudah difahami oleh pihak eksternal seperti klien atau pengguna karena setiap tahapan dan hasil kerja yang dihasilkan sudah jelas dan terpisah satu sama lain.

6. Pengujian yang Lebih Baik 🏋️‍♀️

Setiap tahapan dalam metode waterfall memiliki hasil kerja yang jelas dan terpisah, sehingga memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk menjalankan pengujian pada setiap tahapan dan memastikan bahwa perangkat lunak yang dibuat sesuai dengan permintaan pengguna.

7. Tidak Melakukan Revisi Berulang-ulang 🙅‍♂️

Karena metode waterfall tidak memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk kembali ke tahap sebelumnya, maka pengembang perangkat lunak tidak perlu melakukan revisi berulang-ulang dan menghemat waktu dalam pengembangan perangkat lunak.

Kekurangan Metode Waterfall Menurut Para Ahli

1. Tidak Cocok Untuk Proyek yang Kompleks 🙅‍♀️

Metode waterfall tidak cocok digunakan untuk proyek yang kompleks karena setiap tahapan hanya bisa dilakukan satu kali dan tidak bisa kembali ke tahapan sebelumnya. Hal ini menyulitkan pengembang perangkat lunak untuk memperbaiki kesalahan atau perubahan pada tahapan sebelumnya.

2. Tidak Fleksibel 🧘‍♀️

Metode waterfall tidak fleksibel dan sulit untuk beradaptasi dengan perubahan atau perubahan kebutuhan pengguna. Jika terjadi perubahan yang signifikan pada saat implementasi, maka metode waterfall akan sulit diterapkan karena memerlukan perubahan pada tahapan sebelumnya.

3. Berpotensi Terjadi Kesalahan 🤦‍♂️

Pada metode waterfall, setiap tahapan dilakukan satu kali dan tidak bisa kembali ke tahapan sebelumnya. Hal ini meningkatkan risiko kesalahan karena kesalahan pada tahapan sebelumnya tidak bisa diperbaiki dan harus diteruskan ke tahapan berikutnya.

4. Lama dalam Pengembangan 🐌

Metode waterfall memerlukan waktu yang cukup lama dalam pengembangan perangkat lunak karena setiap tahapan harus dilakukan satu kali dan tidak bisa kembali ke tahapan sebelumnya.

5. Sulit dalam Merubah Dokumen 📝

Karena setiap tahapan memerlukan dokumen dan hasil kerja yang jelas dan terpisah satu sama lain, maka merubah dokumen pada tahapan sebelumnya akan menyebabkan perubahan pada seluruh tahapan berikutnya.

6. Kurangnya Kolaborasi 🔍

Metode waterfall lebih fokus pada dokumen dan hasil kerja yang terpisah satu sama lain sehingga kurang mendorong kolaborasi dan komunikasi antara tim.

7. Tidak Mengikuti Perkembangan Teknologi 📉

Karena metode waterfall hanya memungkinkan pengembangan perangkat lunak dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terstruktur, maka metode ini tidak mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi dan membatasi kemampuan pengembang perangkat lunak.

Penjelasan Mengenai Metode Waterfall Menurut Para Ahli

Metode waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Royce pada tahun 1970-an. Royce menjelaskan bahwa pengembangan perangkat lunak terdiri dari lima tahap, yaitu analisis, desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan. Royce juga menjelaskan bahwa pengembangan perangkat lunak harus mengikuti tahapan yang jelas dan terstruktur agar hasil yang didapatkan lebih efektif dan efisien.

Selanjutnya, Boehm pada tahun 1981 mengembangkan metode waterfall menjadi lebih fleksibel dengan menambahkan tahapan evaluasi dan perbaikan pada setiap tahapan. Hal ini memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan pada tahapan sebelumnya sebelum melanjutkan ke tahapan berikutnya.

Pada tahun 1985, DeGrace dan Stahl mengembangkan metode waterfall dengan menambahkan tahapan perencanaan dan evaluasi pasca-implementasi. Hal ini memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk merencanakan dan mengevaluasi pengembangan perangkat lunak setelah perangkat lunak tersebut diimplementasikan.

Selanjutnya, pada tahun 1991, Hazzan dan Woods mengembangkan metode waterfall dengan menambahkan tahapan validasi pada setiap tahapan. Hal ini memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk memvalidasi tahapan sebelumnya sebelum melanjutkan ke tahapan berikutnya.

Terakhir, pada tahun 2014, Arisholm dan Gallis mengembangkan metode waterfall dengan menambahkan tahapan pengumpulan data dan pemodelan. Hal ini memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk mengumpulkan data dan memodelkan kebutuhan pengguna sebelum melakukan tahapan analisis.

Tabel Perbandingan Metode Waterfall Menurut Para Ahli

Tahap Royce (1970) Boehm (1981) DeGrace dan Stahl (1985) Hazzan dan Woods (1991) Arisholm dan Gallis (2014)
Analisis Ya Ya Ya Ya Ya
Desain Ya Ya Ya Ya Ya
Implementasi Ya Ya Ya Ya Ya
Pengujian Ya Ya Ya Ya Ya
Pemeliharaan Ya Ya Ya Ya Ya
Evaluasi Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
Perbaikan Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
Perencanaan Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Evaluasi Pasca-Implementasi Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Validasi Tidak Tidak Tidak Ya Tidak
Pengumpulan Data Tidak Tidak Tidak Tidak Ya
Pemodelan Tidak Tidak Tidak Tidak Ya

FAQ Metode Waterfall

Apa itu metode waterfall?

Metode waterfall adalah model pengembangan perangkat lunak yang mengikuti urutan tahapan yang jelas dan terstruktur dan tidak mengizinkan kembali ke tahap sebelumnya.

Apa saja tahapan dalam metode waterfall?

Tahapan dalam metode waterfall adalah analisis, desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan.

Apa kelebihan dari metode waterfall?

Kelebihan dari metode waterfall adalah struktur yang jelas, bermanfaat untuk proyek yang tidak terlalu kompleks, lebih mudah dikelola, fokus pada dokumen, mudah difahami oleh pihak eksternal, pengujian yang lebih baik, dan tidak melakukan revisi berulang-ulang.

Apa kekurangan dari metode waterfall?

Kekurangan dari metode waterfall adalah tidak cocok untuk proyek yang kompleks, tidak fleksibel, berpotensi terjadi kesalahan, lama dalam pengembangan, sulit dalam merubah dokumen, kurangnya kolaborasi, dan tidak mengikuti perkembangan teknologi.

Siapakah yang pertama kali memperkenalkan metode waterfall?

Metode waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Royce pada tahun 1970-an.

Bagaimana agar metode waterfall lebih fleksibel?

Metode waterfall dapat dibuat lebih fleksibel dengan menambahkan tahapan evaluasi dan perbaikan pada setiap tahapan.

Apa yang harus dilakukan jika terjadi perubahan signifikan pada saat implementasi dalam metode waterfall?

Jika terjadi perubahan signifikan pada saat implementasi, maka metode waterfall akan sulit diterapkan karena memerlukan perubahan pada tahapan sebelumnya.

Apa risiko yang meningkat pada metode waterfall?

Risiko kesalahan meningkat pada

Related video of Metode Waterfall Menurut Para Ahli