[blackwarrior_placement id="4468"]

Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes

Pendahuluan

Sobat Penurut, klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki risiko kesehatan tertentu. Pada tahun 2013, Kementerian Kesehatan Indonesia merilis klasifikasi IMT baru yang memecah kategori berdasarkan umur dan jenis kelamin. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai klasifikasi IMT menurut Kemenkes dan pentingnya mengetahui IMT yang sehat.

Apa itu Indeks Massa Tubuh (IMT)?

IMT adalah ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi berat badan seseorang berdasarkan tinggi badannya. Rumus IMT adalah berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m) kuadrat.

Pentingnya Menjaga IMT yang Sehat

Menjaga IMT yang sehat penting untuk mencegah risiko berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, kanker, dan masalah pernapasan. Dengan mengetahui angka IMT yang tepat, seseorang dapat memiliki gambaran yang jelas tentang keadaan kesehatannya dan dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki pola makan dan gaya hidup jika perlu.

Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes

Klasifikasi IMT menurut Kemenkes Indonesia pada tahun 2013 memecah kategori berdasarkan umur dan jenis kelamin. Berikut ini adalah tabel klasifikasi IMT menurut Kemenkes:

Kategori IMT
Kurus < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Gemuk 23 – 24,9
Obesitas tingkat 1 25 – 29,9
Obesitas tingkat 2 30 – 34,9
Obesitas tingkat 3 >= 35

Klasifikasi IMT menurut Kemenkes Indonesia berbeda dengan klasifikasi IMT yang digunakan secara internasional.

Kelebihan dan Kekurangan Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes

Setiap klasifikasi pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan klasifikasi IMT menurut Kemenkes:

Kelebihan Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes

Kelebihan klasifikasi IMT menurut Kemenkes adalah kategori yang dipisahkan berdasarkan umur dan jenis kelamin, sehingga dapat memberikan pandangan yang lebih akurat mengenai risiko kesehatan seseorang.

Selain itu, klasifikasi IMT menurut Kemenkes juga cukup sederhana dan mudah dipahami, sehingga dapat digunakan oleh siapa saja.

Kekurangan Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes

Kekurangan dari klasifikasi IMT menurut Kemenkes adalah kategori gemuk terlalu sempit dengan rentang hanya 1,9 angka IMT. Hal ini dapat membuat orang yang memiliki IMT di atas 25, namun masih berada di kategori normal, merasa tidak termotivasi untuk memperbaiki gaya hidupnya.

Selain itu, klasifikasi IMT menurut Kemenkes juga tidak mempertimbangkan faktor lain seperti lemak tubuh dan massa otot yang dapat menjadi faktor penentu risiko kesehatan.

FAQ

1. Apa saja risiko kesehatan jika IMT terlalu rendah atau terlalu tinggi?

Jika IMT terlalu rendah, seseorang berisiko mengalami kekurangan gizi dan gangguan kesehatan seperti penurunan daya tahan tubuh, osteoporosis, dan anemia. Sedangkan jika IMT terlalu tinggi, seseorang berisiko mengalami penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, kanker, dan masalah pernapasan.

2. Apa yang harus dilakukan jika memiliki IMT yang tidak sehat?

Jika memiliki IMT yang tidak sehat, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memperbaiki pola makan dan gaya hidup. Seseorang dapat mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, rutin berolahraga, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol.

3. Apakah IMT dapat digunakan sebagai satu-satunya ukuran untuk mengetahui kesehatan seseorang?

Tidak, IMT hanyalah salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang. Namun, IMT tidak bisa menjadi patokan satu-satunya karena tidak mempertimbangkan faktor lain seperti lemak tubuh dan massa otot.

4. Apakah klasifikasi IMT menurut Kemenkes berbeda dengan yang digunakan secara internasional?

Ya, klasifikasi IMT menurut Kemenkes Indonesia berbeda dengan klasifikasi IMT yang digunakan secara internasional. Klasifikasi menurut Kemenkes memecah kategori berdasarkan umur dan jenis kelamin sedangkan klasifikasi internasional hanya memecah kategori berdasarkan angka IMT.

5. Apakah klasifikasi IMT menurut Kemenkes berlaku untuk semua orang?

Ya, klasifikasi IMT menurut Kemenkes berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu seperti kehamilan dan penyakit yang dapat memengaruhi hasil klasifikasi IMT.

6. Apakah anak-anak juga memiliki klasifikasi IMT sendiri?

Ya, anak-anak juga memiliki klasifikasi IMT sendiri yang berbeda dengan klasifikasi IMT untuk orang dewasa.

7. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi hasil klasifikasi IMT?

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil klasifikasi IMT antara lain faktor genetik, tinggi badan, umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, pola makan, dan faktor lingkungan.

8. Apakah IMT dapat berbeda tergantung suku bangsa?

Ya, IMT dapat berbeda tergantung suku bangsa karena faktor genetik yang memengaruhi tinggi badan dan struktur tubuh.

9. Apakah IMT dapat berubah selama bertambahnya usia?

Ya, IMT dapat berubah selama bertambahnya usia karena tingkat metabolisme seseorang juga dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia.

10. Apakah IMT bergantung pada jenis kelamin?

Ya, IMT bergantung pada jenis kelamin karena tinggi badan dan struktur tubuh antara pria dan wanita berbeda.

11. Apakah IMT dapat digunakan untuk menilai seseorang yang sedang dalam masa kehamilan?

Tidak, IMT tidak dapat digunakan untuk menilai seseorang yang sedang dalam masa kehamilan karena berat badan yang terus bertambah selama kehamilan adalah hal yang normal dan diperlukan.

12. Apakah IMT dapat digunakan untuk menilai seseorang yang memiliki massa otot yang banyak?

Tidak, IMT tidak dapat digunakan untuk menilai seseorang yang memiliki massa otot yang banyak karena IMT hanya mempertimbangkan berat badan secara keseluruhan tanpa memperhitungkan massa otot.

13. Apakah penting untuk selalu mengetahui IMT yang sehat?

Ya, penting untuk selalu mengetahui IMT yang sehat karena dapat membantu seseorang untuk menjaga kesehatan tubuhnya dan mengetahui risiko kesehatan yang mungkin terjadi.

Kesimpulan

Dalam artikel ini, kita telah membahas klasifikasi IMT menurut Kemenkes Indonesia dan pentingnya mengetahui IMT yang sehat. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes memecah kategori berdasarkan umur dan jenis kelamin, sehingga dapat memberikan pandangan yang lebih akurat mengenai risiko kesehatan seseorang. Meskipun demikian, klasifikasi IMT tidak dapat menjadi patokan satu-satunya karena tidak mempertimbangkan faktor lain seperti lemak tubuh dan massa otot.

Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu menjaga pola makan dan gaya hidup yang sehat agar dapat mempertahankan IMT yang sehat dan mencegah risiko kesehatan yang mungkin terjadi.

Daftar Pustaka

Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Disclaimer

Artikel ini hanya bersifat informasi dan tidak dapat dijadikan pengganti nasihat medis dari dokter atau ahli gizi. Untuk informasi lebih lanjut mengenai kesehatan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi terpercaya.

Related video ofKlasifikasi IMT Menurut Kemenkes